Tuesday, April 5, 2011

sebuah cerita yang meninsipirasi

sebuah cerita yang sempat mampir di imelku
via mailinglist sepertinya sangat menyentuh
memang benar kata orang banyak anak banyak rejeki
*************************************************

Seorang pemuda terpelajar dari Medan sedang berpergian naik pesawat ke Jakarta. Disampingnya duduk seorang ibu yang sudah berumur.

Si Pemuda menyapa, dan tak lama mereka terlarut dalam obrolan ringan.
“Ibu, ada acara apa pergi ke Jakarta?” tanya si Pemuda.
“Oh… Saya mau ke Jakarta terus “connecting flight” ke Singapore nengokin anak saya yang kedua” jawab ibu itu.
“Wouw….. hebat sekali putra ibu, pemuda itu menyahut dan terdiam sejenak.

Pemuda itu merenung.
Dengan keberanian yang didasari rasa ingin tahu pemuda itu melanjutkan pertanyaannya.
“Kalau saya tidak salah, anak yang di Singapore tadi, putra yang kedua ya Bu? Bagaimana dengan adik-adiknya?”
“Oh ya tentu”, si Ibu melanjutkan ceritanya
“Anak saya yang ketiga seorang Dokter di Surabaya,
yang keempat Kerja di Perkebunan di Palembang,
yang kelima menjadi Arsitek di Jakarta.
yang keenam menjadi Kepala Cabang Bank di Bali.
yang ke tujuh menjadi Dosen di Bandung.”
Pemuda tadi diam, hebat ibu ini, bisa mendidik anak anaknya dengan sangat baik, dari anak kedua sampai ke tujuh.

“Terus bagaimana dengan anak pertama ibu?”
Sambil menghela napas panjang, ibu itu menjawab.

“Anak saya yang pertama menjadi Petani di kampung Samosir nak. Dia menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar”
Pemuda itu segera menyahut, “Maaf ya Bu….. kalau ibu agak kecewa ya dengan anak pertama ibu, adik-adiknya berpendidikan tinggi dan sukses di pekerjaannya, sedang dia hanya menjadi petani?”
Dengan tersenyum ibu itu menjawab,
“Ooo …tidak tidak begitu nak… Justru saya sangat bangga dengan anak pertama saya, karena dialah yang membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia BERTANI ......!!!!!!

Moral cerita ini adalah:
The more important thing is not WHO WE ARE
But WHAT WE HAVE BEEN DOING…

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bahasa yang santun...