Jumlah skenario permainan Politik Indonesia seperti jumlah suku di Indonesia.
Setiap suku punya permainan sendiri-sendiri.
Bapak Setnov yang disuarakan dari NTT dinyatakan / menggugurkan diri bukan karena dia kriting, hitam, miskin, polos, dan jujur seperti kebanyakan rakyat NTT
Justru dia gugur dari kepercayaan rakyat karena dia teralu putih bahkan agak sipit, kaya, dan cendrung menipu.
Sebuah pelajaran berharga untuk masyarakat NTT.
Thursday, December 17, 2015
Wednesday, December 16, 2015
Artikel tentang etnic
Artikel yang bagus dan disukai :)
Tks yang sudah sharing
ijin copas dari : http://worldst.net/tag/de-sa-ini-ka-mu-bi-sa-man.html
Di desa ini kamu bisa mandi telanjang di sungai tak usah takut diintip
"Mandi di sungai dengan dikelilingi pohon, telanjang, dan saya nggak merasa takut karena nggak ada yang berani ngintip."
Merasa penat dengan pekerjaan dan ingin
pergi liburan tapi nggak mau jauh-jauh sampai ke luar negeri? Kamu bisa
coba pergi ke Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten untuk merasakan
sensasi liburan dengan dikelilingi pemandangan alam yang masih asri dan
suasana sejuk. Kehidupan masyarakat yang dikenal dengan Suku Baduy ini
masih kental dengan kearifan lokal
dan budayanya. Selain itu masyarakat suku Baduy memilih hidup
berdampingan dan bergantung pada alam. Tak heran kalau banyak orang yang
menyebut suku Baduy 'serem' karena terisolasi dari kehidupan modern.
Sebutan 'Baduy' sendiri merupakan sebutan yang diberikan oleh penduduk luar kepada kelompok masyarakat tersebut. Berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang agaknya mempersamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang merupakan masyarakat yang berpindah-pindah (nomaden). Sebenarnya, masyarakat Baduy lebih menyukai menyebut mereka sebagai Urang Kanekes atau Orang Kanekes seperti nama desa yang mereka huni.
Suku Baduy terbagi menjadi dua golongan, yaitu Baduy Dalam dan Baduy Luar. Baduy Luar merupakan orang-orang yang telah keluar dari adat dan wilayah Baduy Dalam. Sementara Baduy Dalam adalah bagian dari keseluruhan Suku Baduy. Perbedaan mendasar antara keduanya terletak pada tata cara menjalankan Pikukuh atau aturan adat istiadat. Baduy Dalam masih memegang teguh Pikukuh dan menjalankannya dengan baik, sedangkan Baduy Luar sudah lebih mengenal pola hidup masyarakat modern.
Ketatnya aturan adat pada masyarakat Baduy dalam melarang agar tidak terpengaruh budaya luar rupanya malah jadi ketertarikan seorang wanita yang hobi traveling. Adalah R Adawiyah (27) yang mencoba untuk menemukan atmosfer berbeda dari hiruk pikuk ibu kota dengan berkunjung ke Kampung Cikeusik, salah satu dusun di Desa Kanekes yang terisolir dan dihuni oleh masyarakat adat Baduy Dalam. Aturan adat masyarakat Baduy Dalam yang melarang penggunaan barang-barang elektronik juga membuat wanita yang akrab disapa Upil ini merasa tenang. Bahkan diakui Upil dirinya bisa merasakan ketenangan jiwa meski berjauhan dari barang-barang elektronik dan bisa belajar bersyukur dengan melihat apa yang masyarakat Baduy lakukan sehari-hari.
Menurut cerita Upil, secara umum masyarakat suku Baduy memilih untuk hidup tanpa listrik, tanpa alas kaki, dan tetap berjalan kaki karena tidak diperkenankan menggunakan kendaraan untuk sarana transportasi. Di suku Baduy tidak terdapat warung ataupun pasar. Bahkan tak ada sekolah, karena masyarakat suku Baduy tidak mengirimkan anak-anaknya ke sekolah untuk belajar layaknya masyarakat pada umumnya. Mata pencaharian utama masyarakat suku Baduy adalah bertani dan berladang. Uniknya sistem pertanian Baduy tidak mengenal alat penggarap sawah, baik mesin maupun kerbau. Alasannya aturan adat melarang masyarakat suku Baduy memelihara hewan berkaki empat. Jadi untuk bisa menanam padi di ladang, mereka hanya mengandalkan air hujan dan tanpa penggunaan pupuk buatan.
Perjalanan memasuki kawasan perkampungan suku Baduy selama 5 jam lewat jalur darat mengantarkan Upil untuk menemukan masyarakat yang masih disiplin dalam menjaga kelestarian alam. Terbukti dari rumah tempat mereka tinggal direkatkan tanpa paku dan semen. Suku Baduy hanya mengandalkan batu kali untuk pondasi dan hanya menggunakan kayu, bambu, ijuk, dan daun pohon aren yang diikat menggunakan tali untuk mendirikan rumah. Meski kontur tanah di pemukiman suku Baduy masih bergelombang, tapi untuk membangun rumah dipilih tanah yang rata. Demi melestarikan alam dan tetap hidup berdampingan, ketua adat suku Baduy yang disebut Pu'un juga melarang jual beli tanah milik adat.
Aturan untuk tetap menjaga kelestarian alam Suku Baduy Dalam tak hanya itu, Upil menguraikan adanya larangan penggunaan bahan-bahan kimia seperti sabun, pasta gigi, sampo dan detergen untuk melakukan aktivitas seperti mandi dan mencuci. Sebabnya dengan menggunakan bahan tersebut dipercaya masyarakat bisa mencemari lingkungan. Terlebih lagi untuk aktivitas mandi dilakukan langsung di sungai. Pengalaman seru diakui Upil selain larangan penggunaan alat maupun bahan kecantikan lainnya adalah saat mandi di sungai.
"Mandi di sungai dengan dikelilingi pohon, telanjang, dan saya nggak merasa takut untuk diintip karena nggak ada yang berani ngintip. Sanksi adat ketat. Lagipula tempat cowok mandi juga dipisah," kata Upil saat menceritakan pengalamannya mandi di sungai tempat suku Baduy Dalam tinggal.
Bagi masyarakat Baduy Dalam yang menganut kepercayaan Sunda Wiwitan, amanah leluhur adalah segala-galanya. Bila tak menaati, mereka akan terkena sanksi adat hingga dikeluarkan dari Baduy Dalam. Termasuk dengan amanah nenek moyang untuk menggunakan pakaian hitam atau putih yang ditenun dan dijahit sendiri.
Gimana, tertarik rehat sejenak untuk menemukan ketenangan jiwa dengan pergi ke suku Baduy seperti yang Upil rasakan? Berikut ini kumpulan foto yang didokumentasikan Upil selama perjalanan menuju suku Baduy Dalam, tepatnya saat masih berada di Baduy Luar, yang bisa kamu intip keindahan suasananya. Cekidot!
1. Pemandangan alam yang masih asri dan suasana alam sejuk di suku Baduy Luar, Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten
Sebutan 'Baduy' sendiri merupakan sebutan yang diberikan oleh penduduk luar kepada kelompok masyarakat tersebut. Berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang agaknya mempersamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang merupakan masyarakat yang berpindah-pindah (nomaden). Sebenarnya, masyarakat Baduy lebih menyukai menyebut mereka sebagai Urang Kanekes atau Orang Kanekes seperti nama desa yang mereka huni.
Suku Baduy terbagi menjadi dua golongan, yaitu Baduy Dalam dan Baduy Luar. Baduy Luar merupakan orang-orang yang telah keluar dari adat dan wilayah Baduy Dalam. Sementara Baduy Dalam adalah bagian dari keseluruhan Suku Baduy. Perbedaan mendasar antara keduanya terletak pada tata cara menjalankan Pikukuh atau aturan adat istiadat. Baduy Dalam masih memegang teguh Pikukuh dan menjalankannya dengan baik, sedangkan Baduy Luar sudah lebih mengenal pola hidup masyarakat modern.
Ketatnya aturan adat pada masyarakat Baduy dalam melarang agar tidak terpengaruh budaya luar rupanya malah jadi ketertarikan seorang wanita yang hobi traveling. Adalah R Adawiyah (27) yang mencoba untuk menemukan atmosfer berbeda dari hiruk pikuk ibu kota dengan berkunjung ke Kampung Cikeusik, salah satu dusun di Desa Kanekes yang terisolir dan dihuni oleh masyarakat adat Baduy Dalam. Aturan adat masyarakat Baduy Dalam yang melarang penggunaan barang-barang elektronik juga membuat wanita yang akrab disapa Upil ini merasa tenang. Bahkan diakui Upil dirinya bisa merasakan ketenangan jiwa meski berjauhan dari barang-barang elektronik dan bisa belajar bersyukur dengan melihat apa yang masyarakat Baduy lakukan sehari-hari.
Menurut cerita Upil, secara umum masyarakat suku Baduy memilih untuk hidup tanpa listrik, tanpa alas kaki, dan tetap berjalan kaki karena tidak diperkenankan menggunakan kendaraan untuk sarana transportasi. Di suku Baduy tidak terdapat warung ataupun pasar. Bahkan tak ada sekolah, karena masyarakat suku Baduy tidak mengirimkan anak-anaknya ke sekolah untuk belajar layaknya masyarakat pada umumnya. Mata pencaharian utama masyarakat suku Baduy adalah bertani dan berladang. Uniknya sistem pertanian Baduy tidak mengenal alat penggarap sawah, baik mesin maupun kerbau. Alasannya aturan adat melarang masyarakat suku Baduy memelihara hewan berkaki empat. Jadi untuk bisa menanam padi di ladang, mereka hanya mengandalkan air hujan dan tanpa penggunaan pupuk buatan.
Perjalanan memasuki kawasan perkampungan suku Baduy selama 5 jam lewat jalur darat mengantarkan Upil untuk menemukan masyarakat yang masih disiplin dalam menjaga kelestarian alam. Terbukti dari rumah tempat mereka tinggal direkatkan tanpa paku dan semen. Suku Baduy hanya mengandalkan batu kali untuk pondasi dan hanya menggunakan kayu, bambu, ijuk, dan daun pohon aren yang diikat menggunakan tali untuk mendirikan rumah. Meski kontur tanah di pemukiman suku Baduy masih bergelombang, tapi untuk membangun rumah dipilih tanah yang rata. Demi melestarikan alam dan tetap hidup berdampingan, ketua adat suku Baduy yang disebut Pu'un juga melarang jual beli tanah milik adat.
Aturan untuk tetap menjaga kelestarian alam Suku Baduy Dalam tak hanya itu, Upil menguraikan adanya larangan penggunaan bahan-bahan kimia seperti sabun, pasta gigi, sampo dan detergen untuk melakukan aktivitas seperti mandi dan mencuci. Sebabnya dengan menggunakan bahan tersebut dipercaya masyarakat bisa mencemari lingkungan. Terlebih lagi untuk aktivitas mandi dilakukan langsung di sungai. Pengalaman seru diakui Upil selain larangan penggunaan alat maupun bahan kecantikan lainnya adalah saat mandi di sungai.
"Mandi di sungai dengan dikelilingi pohon, telanjang, dan saya nggak merasa takut untuk diintip karena nggak ada yang berani ngintip. Sanksi adat ketat. Lagipula tempat cowok mandi juga dipisah," kata Upil saat menceritakan pengalamannya mandi di sungai tempat suku Baduy Dalam tinggal.
Bagi masyarakat Baduy Dalam yang menganut kepercayaan Sunda Wiwitan, amanah leluhur adalah segala-galanya. Bila tak menaati, mereka akan terkena sanksi adat hingga dikeluarkan dari Baduy Dalam. Termasuk dengan amanah nenek moyang untuk menggunakan pakaian hitam atau putih yang ditenun dan dijahit sendiri.
Gimana, tertarik rehat sejenak untuk menemukan ketenangan jiwa dengan pergi ke suku Baduy seperti yang Upil rasakan? Berikut ini kumpulan foto yang didokumentasikan Upil selama perjalanan menuju suku Baduy Dalam, tepatnya saat masih berada di Baduy Luar, yang bisa kamu intip keindahan suasananya. Cekidot!
1. Pemandangan alam yang masih asri dan suasana alam sejuk di suku Baduy Luar, Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten
2. Menuju pagi dari kaki Pegunungan Kendeng
3. Upil berfoto selfie dengan Samin, warga Baduy yang menjadi porter membawakan tasnya
4. Selain meladang setiap harinya, anak-anak suku Baduy menjadi porter di hari Sabtu dan Minggu
5. Masyarakat Suku Baduy tidak mengirimkan anak-anaknya ke sekolah untuk belajar layaknya masyarakat pada umumnya
6. Warga Baduy menggunakan kain berwarna hitam dan putih sebagai pakaian sehari-hari
7. Ciri khas dari Suku Baduy selain setelan pakaian putih-putih adalah adanya ikat kepala yang juga berwarna putih
8. Pakaian masyarakat Suku Baduy yang ditenun dan dijahit sendiri
Melihat kehampaan
Entah apa yang ada dalam pikiranku, yang jelas semuanya seperti terganggu.
Setelah hampir ditas 100 hari tidak pernah mendengar kabarnya.
Pagi yang cerah dengan sentuhan matahari pagi dia terlihat begitu anggun dibalik kaca,
bergerak sedang diatas 40 KM/jam dalam kuda biru tua TKB,
mendaki jalan dengan kemiringan 20 derajat.
Seperti terjepret oleh kamera yang terekam dalam mata hati.
Ilusi ku bersamanya bermain dalam pikiranku yang terbentur pada.
kemauan dan hasrat yang besar melawan norna, aturan, dan tata cara.
Saat ini semuanya berjalan dalam pikiran, mimpi, yang sangat sulit
menjadi kenyataan.
Membalas sapaan pun tidak,
Apalagi bertemu
dan selanjutnya membuat komitmen
Semuanya telah berlalu
entah di jaman apa semua bisa jadi kenyatan
Hanya Tuhan yang tahu
sang pemimpi pagi
Setelah hampir ditas 100 hari tidak pernah mendengar kabarnya.
Pagi yang cerah dengan sentuhan matahari pagi dia terlihat begitu anggun dibalik kaca,
bergerak sedang diatas 40 KM/jam dalam kuda biru tua TKB,
mendaki jalan dengan kemiringan 20 derajat.
Seperti terjepret oleh kamera yang terekam dalam mata hati.
Ilusi ku bersamanya bermain dalam pikiranku yang terbentur pada.
kemauan dan hasrat yang besar melawan norna, aturan, dan tata cara.
Saat ini semuanya berjalan dalam pikiran, mimpi, yang sangat sulit
menjadi kenyataan.
Membalas sapaan pun tidak,
Apalagi bertemu
dan selanjutnya membuat komitmen
Semuanya telah berlalu
entah di jaman apa semua bisa jadi kenyatan
Hanya Tuhan yang tahu
sang pemimpi pagi
Tuesday, December 8, 2015
Nyayian keinginan
Desember yang dingin
dengan penuh warna dan bau alami bumi menghiasi kota karang dengan bunga2 flamboyan yang dikenal dengan bunga desember. Dominasi warna merah yang khas menambah sisi romantisme bagi pasangan yang ingin menikmatinya.
Terbesit keinginan yang suci dari lubuk hati bersamanya dalam irama yang sama, keinginan yang sama, harapan yang sama untuk mendapatkan keluarga yang sejati dan lengkap.
Jika doa kami terkabul nyayian hati menjadi nyayian yang indah, dan ungkapan hati yang penuh sukacita karena kehadiran buah yang merupakan persembahan terindah dari surga.
Semoga nyayian hati ini menjadi doa
Bapa dalam surga yang selalu melihat dan mendengarkan, kuatkanlah kami dalama rencana dan harapan kami.
Lov U
dengan penuh warna dan bau alami bumi menghiasi kota karang dengan bunga2 flamboyan yang dikenal dengan bunga desember. Dominasi warna merah yang khas menambah sisi romantisme bagi pasangan yang ingin menikmatinya.
Terbesit keinginan yang suci dari lubuk hati bersamanya dalam irama yang sama, keinginan yang sama, harapan yang sama untuk mendapatkan keluarga yang sejati dan lengkap.
Jika doa kami terkabul nyayian hati menjadi nyayian yang indah, dan ungkapan hati yang penuh sukacita karena kehadiran buah yang merupakan persembahan terindah dari surga.
Semoga nyayian hati ini menjadi doa
Bapa dalam surga yang selalu melihat dan mendengarkan, kuatkanlah kami dalama rencana dan harapan kami.
Lov U
Monday, December 7, 2015
Permenungan di awal Desember
Perjalanan 1 semester
Perjalanan satu semester di tahun 2015 memberikan banyak cerita yang harusnya diungkapkan dengan rasa terima kasih yang mendalam. Rencana yang tertunda untuk mengadakan suatu event besar merupakan mimpi yang selama ini di nanti-nantikan. Persiapan dari awal Bulan April ke bulan September, tertunda akibat buruknya koordinasi. Rencana (plan B) sepertinya mengalir begitu saja di penghujung bulan November, tepatnya 28 Nov. Sepertinya perjalanan membutuhkan kerja keras, rencana yang matang, dan doa. Yang terberat adalah mendealkan keynote. Plan A tidak dapat kuraih karena berbenturan dengan jadwal lain, akhrinya berpindah ke keynote B. Semuanya mengalir cepat pada 14 hari terakhir sebelum kegiatan. Fokus pada 14 hari terakhir membuat benturan idealisme yang tajam.
Ulang tahun yang dirayakan penuh dengan pikiran akan event, kurangnya pasokan finansial membuat pisimisme meliputi beberapa anggota. Keyakinan dan kekuatan doa adalah yang terpenting disela-sela kegamangan tersebut. Hari demi hari kekuatan doa mulai menunjukkan tajinya dengan antusiasnya peserta yang medaftar, anggota komite yang berkomitmen untuk bekerja.
Sepertinya hari H lahir begitu saja dan pergi dalam kepuasan tersendiri. Pikiran dan jiwa begitu tersenyum ketika sang surya mulai meredup.
Perjalanan yang begitu memberikan arti pada semester ini.
Kini, Desember adalah bulan yang penuh dengan rencana untuk tahun depan.
Semoga Desember yang dingin memberikan inspirasi dan kekuatan untuk merencanakan sesuatu yang besar, tidak hanya dalam bahasa mimpi tapi bahasa tindakan yang akan dilaksanakan pada 2016.
Terima kasih Bapa di Surga, Ama Rera Wulan Tanah Ekan, yang selalu bersemayam dalam semangat dan jiwaku
Perjalanan satu semester di tahun 2015 memberikan banyak cerita yang harusnya diungkapkan dengan rasa terima kasih yang mendalam. Rencana yang tertunda untuk mengadakan suatu event besar merupakan mimpi yang selama ini di nanti-nantikan. Persiapan dari awal Bulan April ke bulan September, tertunda akibat buruknya koordinasi. Rencana (plan B) sepertinya mengalir begitu saja di penghujung bulan November, tepatnya 28 Nov. Sepertinya perjalanan membutuhkan kerja keras, rencana yang matang, dan doa. Yang terberat adalah mendealkan keynote. Plan A tidak dapat kuraih karena berbenturan dengan jadwal lain, akhrinya berpindah ke keynote B. Semuanya mengalir cepat pada 14 hari terakhir sebelum kegiatan. Fokus pada 14 hari terakhir membuat benturan idealisme yang tajam.
Ulang tahun yang dirayakan penuh dengan pikiran akan event, kurangnya pasokan finansial membuat pisimisme meliputi beberapa anggota. Keyakinan dan kekuatan doa adalah yang terpenting disela-sela kegamangan tersebut. Hari demi hari kekuatan doa mulai menunjukkan tajinya dengan antusiasnya peserta yang medaftar, anggota komite yang berkomitmen untuk bekerja.
Sepertinya hari H lahir begitu saja dan pergi dalam kepuasan tersendiri. Pikiran dan jiwa begitu tersenyum ketika sang surya mulai meredup.
Perjalanan yang begitu memberikan arti pada semester ini.
Kini, Desember adalah bulan yang penuh dengan rencana untuk tahun depan.
Semoga Desember yang dingin memberikan inspirasi dan kekuatan untuk merencanakan sesuatu yang besar, tidak hanya dalam bahasa mimpi tapi bahasa tindakan yang akan dilaksanakan pada 2016.
Terima kasih Bapa di Surga, Ama Rera Wulan Tanah Ekan, yang selalu bersemayam dalam semangat dan jiwaku
Sunday, August 16, 2015
zombie Agustus
Zombie
Telah lama waktuku tidak bermimpi
tentang sesosok zombie yang telah lama hilang
dan kini zombie yang membangunkanku
dari tidur panjang
dia membangunkanku dalam mimpi
dengan senjata seperti mad max
entah apa yang diinginkan dariku
tapi yang pasti dia akan menghampiriku
zombie dari laporan
zombie dari presentasi
zombie dari program
zombie dari yang disebut outcome
dengan waktu yang berjalan
zombie harus dimatikan
blaze the glory
Agustus yang menunggu
Telah lama waktuku tidak bermimpi
tentang sesosok zombie yang telah lama hilang
dan kini zombie yang membangunkanku
dari tidur panjang
dia membangunkanku dalam mimpi
dengan senjata seperti mad max
entah apa yang diinginkan dariku
tapi yang pasti dia akan menghampiriku
zombie dari laporan
zombie dari presentasi
zombie dari program
zombie dari yang disebut outcome
dengan waktu yang berjalan
zombie harus dimatikan
blaze the glory
Agustus yang menunggu
Saturday, August 8, 2015
Bila itu kehendak Dewa
Impianku terbenam dalam mimpi dan pikiranku
hampir setiap detik selalu terbenam dan sepertinya tak akan pergi
dan
Bila itu kehendak dewa maka pertemuan tidak akan terelakan lagi
seperti menunggu musim buah anggur
membiarkan waktu yang panjang agar lebih matang dan ranum
entah kapan,
hampir setiap detik selalu terbenam dan sepertinya tak akan pergi
dan
Bila itu kehendak dewa maka pertemuan tidak akan terelakan lagi
seperti menunggu musim buah anggur
membiarkan waktu yang panjang agar lebih matang dan ranum
entah kapan,
Friday, July 31, 2015
jauh=semua hanyalah mimpi
dari mimpi yang begitu menghanyutkan
tepatnya dini hari
mimpi yang membuatku kaget, sebuah pertanda yang begitu dekat dengan keinginan,
antitesis ataupun tesis dari semu rencana besarku.
betapa tidak, 2 malam berturut-turut memimpikan dia
dan lebih aneh lagi bersamanya membuahkan hasil.
Pertanda yang sulit dilaksanakan di dunia nyata
tesis dan antitesis kehidupanku berkecamuk dalam putaran rencana, keinginan dan terjebak dalam kehidupan normal
antitesis banyak menaungi alam bawah sadarku, dan semua berakhir di alam mimpi
sangat benar jika semua itu tidak mungkin
dan sangat mungkin jika semua adalah rencana besar masa depan yang tidak terprediksi
hanya Sang Dewa bumi dan langit yang tahu semua itu
fN yang saat ini entah dimana
semoga kehidupanmu dinaungi sang Kuasa
Sang Dewi Fortuna
yang selalu membuatmu beruntung dalam kehidupanmu
Ampunilah aku Yang Kuasa
tepatnya dini hari
mimpi yang membuatku kaget, sebuah pertanda yang begitu dekat dengan keinginan,
antitesis ataupun tesis dari semu rencana besarku.
betapa tidak, 2 malam berturut-turut memimpikan dia
dan lebih aneh lagi bersamanya membuahkan hasil.
Pertanda yang sulit dilaksanakan di dunia nyata
tesis dan antitesis kehidupanku berkecamuk dalam putaran rencana, keinginan dan terjebak dalam kehidupan normal
antitesis banyak menaungi alam bawah sadarku, dan semua berakhir di alam mimpi
sangat benar jika semua itu tidak mungkin
dan sangat mungkin jika semua adalah rencana besar masa depan yang tidak terprediksi
hanya Sang Dewa bumi dan langit yang tahu semua itu
fN yang saat ini entah dimana
semoga kehidupanmu dinaungi sang Kuasa
Sang Dewi Fortuna
yang selalu membuatmu beruntung dalam kehidupanmu
Ampunilah aku Yang Kuasa
Subscribe to:
Posts (Atom)