Saturday, December 5, 2009

Kembang Glodok...

Sinopsis :MEIHWA KEMBANG GLODOK
(SNOWGIRL ON THE DRAGON FIRE)
Skenario/Sutradara: KARDY SYAID

Meihwa Putri Tan, gadis Tionghoa yang manis berusia 23 tahun,
mahasiswi semester akhir sebuah universitas Jakarta, adalah kembang
Glodok(Jakarta) yang menjadi idaman banyak pemuda, baik di kawasan
Glodok maupun di lingkungan kampus. Denny Ah Liang, kakak kelasnya di
kampus yang kini telah menjadi pengusaha muda adalah pemuda yang
beruntung mendapatkan cinta Kasih Meihwa dan sudah disetujui pula oleh
kedua keluarga. Tanggal pesta pernikahan hanya menunggu waktu, saat
usai Meihwa diwisuda. Sebuah pesta besar pun sudah direncanakan,
undangan pun telah dibagikan.

Meihwa, anak pertama dari tiga bersaudara, adalah putri Tan Swie Ning
(seorang konglomerat Tionghoa kenamaan) dan Ny. Marie Tan, seorang
dosen mata kuliah Ekonomi di UI. Hidup keluarga ini penuh kecukupan
dari segi materi dan cukup ternama karena terkenal sebagai public
figure, sangat dekat dengan warga Tionghoa dan dermawan yang disukai
banyak orang, termasuk kalangan non Tionghoa.

Manusia hanya boleh berencana, Tuhan jualah yang berhak memutuskan.
Segala impian suka-cita Meihwa, akhirnya berubah menjadi tragedi yang
memilukan. Meletusnya kerusuhan 11-13 Mei 1998, meluluhlantakkan
keluarga ini, seperti banyak dialami oelh keluarga Tionghoa lainnya.
Pusat bisnis milik papanya dibakar massa, utangnya jadi menumpuk dan
adiknya terbunuh. Yang membuat Meihwa lebih nelangsa, adalah dirinya
diperkosa oleh segerombolan pemuda yang memfaatkan “amok massa”
sebagai momentum melampiaskan kesenangan kelompok. Walaupun Haji Muji,
tokoh Betawi yang sayang pada Meihwa, berusaha menyelamatkannya dari
kebrutalan preman, namun usaha itu sia-sia belaka.

Akibat perkosaan, Meihwa akhirnya hamil karena menolak menggugurkan
kandungannya. Sanak famili dan banyak sekali keluarga Tionghoa yang
hengkang ke luar negeri. Tidak demikian dengan keluarga Tan. Mereka
lahir, besar, cari makan dan sangat lah mencintai Indonesia . Negara
ini telah mereka diami sejak zaman nenek moyang mereka dan mereka
rasakan sebagai tanah air mereka sendiri.

Walaupun dihujat, dicemo’oh dan dibujuk oleh keluarga Tionghoa lain,
agar keluarga Tan buru-buru meninggalkan Indonesia, keluarga Tan
bergeming. Dari sisa depositonya yang tidak banyak di bank dan bantuan
warga Tionghoa lainnya yang juga tidak lari dari Indonesia, Tan Swie
Ning mulai lagi berbisnisnya di bidang property dan retail.

Peristiwa perkosaan yang menyebabkan kehamilan, cepat tersebar ke
mana-mana. Yang amat menyedihkan bagi Meihwa, kecuali mama dan
papanya, tidak banyak orang yang mau perduli akan nasibnya, terutama
dari Ah Liang yang justru mencampakkan dirinya begitu saja.

Seluruh rencana pesta pernikahan, tinggal kenangan. Papanya dan banyak
orang Tionghoa yang menyuruh Meihwa menggugurkan kandungannya, tetapi
ia menolak. Air matanya meleleh ketika menerima undangan dari Ah Liang
yang akan melangsungkan pernikahannya di Singapura dengan Jia Ling,
teman karib yang juga kuliah di Jurusan yang sama.Dan Freddy Wong,
pengusaha kaya teman papanya, ingin menangguk di air keruh dan berniat
mengawini Meihwa, tidak perduli dengan kondisi Meihwa yang sedang
hamil.

Sebagai manusia biasa, Meihwa pun sempat putus asa dan sempat tergoda
untuk melakukan bunuh diri, persis ketika warga TIONGHOA merayakan
Imlek dan pesta Barongsai. Tapi untunglah kejadian itu tak sampai
merenggut nyawanya sendiri, karena diselamatkan oleh seorang Bhiksu
dari sebuah Vihara, tempat Mai Hwa sering melakukan sembahyang.
Petuah-petuah bhiksu dan spirit yang diberikan mamanya, menyadarkan
kekhilafannya bahkan menumbuhkan kembali kekuatan dan rasa cinta dalam
dirinya. Dendamnya berubah menjadi rasa Kasih sayang yang mendalam,
baik kepada sesama Tionghoa maupun kepada pribumi. Ketika bayi yang
hampir ia gugurkan lahir, terbesitlah kebahagiaan baru dalam diri
Meihwa. Ia sangat mencintai bayi lelaki yang ia beri nama Tulus.

Meihwa dengan bayi haram mata masyarakat itu, selalu menjadi cemo’oh
dan sedikti sekali keluarga Tionghoa yang mau membantunya. Walaupun
pernah hidup kaya raya, bukan halangan bagi Meihwa membesarkan anaknya
dengan berdagang kecil-kecilan, mengikuti jejak papanya untuk berupaya
kembali bangkit. Di sela-sela kesibukannya mencari nafkah, Meihwa
masih menyempatkan diri sebagai guru sekolah terbuka bagi anak-anak
non Tionghoa yang berstatus gelandangan.

Ketika Tulus mulai pintar bicara dan terus menanyakan papanya. Meihwa
menjadi terusik untuk mencari lelaki yang memperkosanya dulu. Meihwa
ingin bertemu dengan orang yang pernah membuat aib dirinya, bukan
untuk meminta pertanggung jawaban apalagi ingin mengadilinya. Ia hanya
ingin berkenalan dan memperkenalkan anaknya kepada ayahnya, hanya
ingin agar Tulus bahagia.

Suatu hari, ketika membuka sebuah Koran, alangkah kagetnya Meihwa
melihat sebuah foto pengusaha muda yang terpampang di situ. Lelaki
yang bernama Eddy Arman itu tak lain adalah lelaki yang pernah
memperkosanya. Bukan itu saja, Eddy bergerak di bidang property itu,
tengah bermasalah dengan Yayasan tempat Meihwa mengabdi, soal
penggusuran sekolah yang didirikannya untuk kaum miskin. Perusahaan
Eddy mau menggusur lahannya untuk dijadikan sebuah supermarket.

Ketika Meihwa mendatangi kantor Eddy, ia ternyata mendapat perlakuan
tidak manusiawi. Eddy marah besar kepada Meihwa karena berani meminta
Eddy mengakui Tulus sebagai anaknya. Bukan itu saja, Meihwa diusir
secara kasar dan diancam dibunuh kalau berbuat macam-macam pada
dirinya. Bagi Eddy, Meihwa hanya mengada-ada, memfitnah hanya karena
dorongan keinginan supaya bangunan sekolahnya tidak digusur. Walaupun,
di hati kecilnya ia mengakui, apa yang disampaikan Meihwa benar
adanya. Sewaktu perkosaan terjadi, hanya Eddy pribadilah yang sempat
menodai Meihwa , sementara teman-temannya hanya ikut membantu dan
sekedar menggerayangi.

Dalam keadaan terluka, Meihwa berkenalan dengan Lao Mingdira,SH,
seorang Aktivis sebuah LSM yang intrest kepada perjuangan Meihwa. Lao
Ming yang juga pengurus organisasi Tionghoa, mendorong Meihwa untuk
terus memperjuangkan haknya, termasuk usaha mendesak Eddy untuk
mengakui Tulus. Perkaranya menjadi besar, ketika kisah itu dilangsir
media pers dan sampai ke meja hijau. Beberapa pengacara menyatakan
siap mendukung Meihwa sebagai pembela melawan Eddy Arman.

Eddy juga tidak mau kalah gertak. Ia pun menyiapkan beberapa pengacara
handal demi menjaga nama baiknya dan tidak perduli berapa pun biaya
yang ke luar. Eddy juga mencoba menyogok Brigda Barnas, oknum polisi
yang lemah iman, agar test DNA darahnya dan darah Tulus tidak
dilakukan. Untunglah AKP Tando yang tidak ingin ada oknum yang
mencemarkan nama baik Polisi, bertindak cepat membasmi bawahannya yang
nakal.

Usaha Eddy untuk meneror Meihwa melalui Sojak, kaki tangan Eddy juga
tidak berhasil karena Meihwa cukup cerdas dan kokoh.Meihwa bagaikan
Dewi Kwan Im, sabar dg sgl derita dan lbh mengutamakan kebahagiaan org
lain daripada dirinya sendiri.

Ketika gejala-gejala kekalahan Eddy semakin besar, Meihwa menunjukan
jiwa besarnya. Ia mencoba mendatangi dan meyakinkan Eddy agar mau
mengakui Tulus sebagai anaknya dan membiarkan gedung sekolahnya tetap
berjalan. Meihwa tidak ingin menuntut uang atau minta dikawini. Bagi
dia surat pengakuan dan mau minta maaf saja, lebih dari cukup.

Eddy menjadi terenyuh, apalagi ia semakin sering dibayangi
kesalahannya, ketika melakukan perkosaan pada Meihwa , di sebuah pojok
bangunan tua. Rasa benci pada Meihwa berbalik perlahan tapi pasti
menjadi rasa sayang dan simpati. Eddy mulai sering ke rumah Meihwa,
mengajak Tulus bermain atau jalan-jalan. Namun bagi Meihwa, mustahil
menerima Eddy , karena luka lama telah membuat trauma dan karena
hatinya sudah tertambat pada Lao Ming yang juga sangat mencintainya.
Tulus juga sayang dan sudah terlanjur menganggap Lao Ming sebagai
papanya.

Eddy adalah profil lelaki pantang menyerah. Ia pun menggunakan
berbagai cara agar Meihwa mau memaafkannya dan mau menerima dia
menjadi suami yang sah. Sebaliknya bagi Mai Hwa tidaklah sulit untuk
memaafkan Eddy, tetapi bukanlah berarti harus rela pula untuk
dinikahi. Keyakinannya agar etnis Tionhoa harus bisa berasimilasi dan
beradaptasi dengan non Tionghoa, tidaklah berarti harus nikah dengan
non Tionghoa. Di samping itu, perlakuan keluarga Eddy juga sangat
menyayat persaan Meihwa. Dia dituding sebagai pelacur TIONGHOA yang
tak ada harganya dan Tulus sebagai anak haram tidak pantas untuk
menginjak rumah keluarga Eddy.

Sementara itu, Ny.Sarah yang memilki seorang putri bernama Nindya,
juga punya skenario sendiri untuk menjodohkan Eddy Arman dengan
putrinya. Wanita tamak yg suka menghalalkan sgl cara ini, juga
berusaha keras menyingkirkan Meihwa.

Persoalan pelik kembali terjadi, ketika Ah Liang kembali dari
Singapura dalam keadaan sudah bercerai dengan isteri yang serong
dengan seorang pengusaha Singapura. Masa-masa keindahan atau nostalgia
kembali berkecambah di dada Ah Liang terhadap Meihwa yang dulu ia
khianati. Upaya pendekatan kembali itu memang sempat menggetarkan hati
Meihwa yang sebenarnya amat sukar melupakan cinta pertamanya. Tetapi
rasa sakit akan perlakuan Ah Liang juga tidak bisa disirnakan begitu
saja. Sementara itu, Meihwa juga tidak memiliki ketegaran untuk
menyingkirkan Lao Ming yang sangat mencintai dirinya dan menerima dia
apa adanya.

Bagaimanakah akhir cerita ini, Siapakah akhirnya yang menjadi pilihan
Meihwa ? Lao Ming, Ah Liang atau Eddy ? Tentu saja akan banyak
peristiwa menarik yang harus dilalui Meihwa. Semuanya akan terjawab
dalam film layar lebar ini.

Jakarta , 15 September 2004.

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bahasa yang santun...