Friday, October 16, 2009

Kaya-raya selamanya

Tulisan yang sentimental....

Pada setiap perjalanan, ada saja cara-cara sang hidup untuk bertutur.Dalam sebuah penerbangan dari Sydney ke Denpasar, entah apa yangterjadi tiba-tiba badan ini tidak mau membaca dan tidak mau tidur.Sehingga menerawanglah mata dari atas pesawat ke bawah sana. Ternyata,selama kurang lebih tiga setengah jam penerbangan tanah-tanahAustralia lebih dari sembilan puluh persen berisi tanah kering yangtandus.

Bandingkan misalnya dengan penerbangan dari Jakarta ke Medan.Selama hampir dua jam, di bawah sana terbentang warna hijau bukitbarisan yang indah dan subur.Di jalan-jalan darat, mata ini juga disuguhi bahan-bahan cerita yangberlimpah. Dalam sebuah perjalanan dari Medan ke Berastagi, mobil yang saya tumpangi mengikuti sebuah bus antarkota. Yang menarik, di atas bus tadi ada sekelompok orang yang duduk-duduk tenang dengan wajah gembira.

Di sebuah pasar yang membuat jalan jadi macet, orang-orangyang tidak mengenal dinginnya udara di atas bus yang berjalan ini,tiba-tiba memesan durian dari atas sana, dan melahapnya dengan penuhgembira. Dari kaca mobil yang diteduhi AC diri ini bergumam kecil :mereka bisa hidup bahagia seadanya. Dan tiba-tiba teringat sebuahpengalaman ketika menginap di sebuah hotel berbintang di Bali sana.

Dari mobil mewah yang mengkilap, keluar serombongan keluarga yang bermuka merah saling marah-marah. Sebelum mereka check in, mereka cekcok dan akhirnya kembali dari Bali tanpa bisa berlibur.Melalui ilustrasi ini, sang hidup seperti sedang bertutur : we can beprosper at any level of income. Kita bisa sejahtera di setiaptingkatan pendapatan berapapun. Kesejahteraan, memang berkaitan denganuang. Akan tetapi, yang paling utama tidak disebabkan oleh uang.

Lantas, kalau tidak disebabkan oleh uang, disebabkan oleh apa ?Sebagaimana sudah dicatat rapi oleh sejarah, kesejahteraan memangberwajah ganda : material dan transendental. Keduanya memang salingmemerlukan dan saling mengisi. Kesejahteraan material tanpakesejahteraan transendental sering membuat orang jadi kaya tapi tidakbahagia.

Kesejahteraan transendental tanpa kesejahteraan materialmenarik manusia ke dalam rangkaian hidup yang tidak seimbang : menolehke atas, lupa tugas-tugas di bawah dan disamping.Kegagalan banyak manusia untuk merangkum kedua jenis kesejahteraan initernyata direspon tidak terlalu antusias oleh ilmi-ilmu manusia.

Nyatanya wilayah-wilayah hubungan antara uang dan kesadaran manusiatermasuk wilayah pengetahuan yang tidak banyak dieksplorasi.Kebingungan dan keterasingan di tengah limpahan uang, sang hidup yangdiperkuda uang, hanyalah sedikit contoh dalam hal ini. Ada sahabatjernih yang pernah berbisik : many people have career, but they don'thave life.

Banyak manusia yang memiliki karir cemerlang, tetapi tidakmemiliki hidup.Berangkat pagi, putera-puteri masih tidur. Setelah pulang, merekasudah tidur. Tatkala miskin tidak bisa makan enak karena tidak punyauang. Setelah kaya tidak boleh makan enak karena dilarang dokter. Diawal kehidupan semua tenaga fisik dikerahkan untuk kehidupan terangkemudian. Setelah materi terang benderang hanya habis untuk membayarongkos rumah sakit.Mungkin betul cerita orang bijak, kalau kehidupan adalah guru yangsempurna.

Tubuh ini misalnya, ia sering kali mengingatkan kita akanperilaku-perilaku menyimpang. Pengalaman-pengalaman yang terbentangluas, juga bertutur cerewet tentang pedoman-pedoman menemukankesejahteraan. Sayangnya, tidak sedikit diantara kita yang tuli akanpesan-pesan sang guru kehidupan. Untuk kemudian, mengulang-ulang lagiketerperosokan-keterperosokan terdahulu.
Dalam lapisan-lapisan renungan seperti ini, mungkin ada gunanya untukmelihat hakekat uang. Uang, harus diakui, memang sejenis energikehidupan. Namun, tanpa kemampuan mengelola yang memadai, ia menjadikuda yang minta digendong. Disamping berat, juga membuat sang hidupmeneteskan air mata di sepanjang jalan.Sebuah lagu tua pernah bertutur jernih, hidup ini memang serupa denganmenyapu lantai. Setiap hari kita menyapu lantai.

Hilang debu, datangdaun kering dan seterusnya tanpa pernah habis-habis. Demikian jugadengan lantai-lantai kehidupan. Kita perlu menyapunya setiap hari. Dansapu kesejahteraan yang paling mengagumkan bernama sapu cukup. Sekalilagi, cukup adalah sapu pembersih kehidupan yang paling bisa membuatlantai-lantai kehidupan tampak bersih.Dan sebagaimana diakui banyak sahabat, justru menemukan sapu cukupinilah bagian terberat dari perjalanan menemukan kesejahteraan.Terutama karena sang uang – melalui tamu kehidupan yang bernama nafsu- memaksa untuk digendong.

Serupa dengan mulut yang meminta makanditambah terus ketika enak, dan bisa dihentikan dengan air putih, kitajuga memerlukan air putih kesadaran. Yang bisa membuat kuda uang turundari gendongan, dan kemudian kitalah yang naik di atas.Tidak mudah tentunya. Ia memerlukan serangkaian latihan kehidupan yangpanjang. Dan juga menuntut manusia menjadi supir dari kendaraankehidupan yang bernama tubuh. Ketika manusia sudah menjadi supir daritubuhnya, terbukalah tanda-tanda bisa menjadi kaya raya selamanya.

Ketika punya uang, supir mengaturnya dengan rangkaian manajemenkeuangan yang terpadu. Ketika tidak punya uang, supir mengatakanbegini : time for break !. Baik ketika ada maupun tidak ada uang, sangsupir menyanyikan lagu syukur sepanjang jalan. Pernah kejernihanberbisik begini ke saya : ketika kita masih mencari, kita memerlukantujuan dan masa depan. Tatkala manusia tidak lagi mencari, ia memilikisemuanya di sini di hari ini.

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bahasa yang santun...